Kategori: Uncategorized

  • Taman Nasional Ujung Kulon

    Taman Nasional Ujung Kulon

    Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Semenanjung Ujung Kulon, bagian paling barat di Pulau Jawa, Indonesia. Kawasan taman nasional ini pada mulanya meliputi wilayah Krakatau dan beberapa pulau kecil di sekitarnya seperti Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang dan Pulau Panaitan. Kawasan taman nasional ini mempunyai luas sekitar 122.956 Ha; (443 km² di antaranya adalah laut), yang dimulai dari tanah genting Semenanjung Ujung Kulon sampai dengan Samudra Hindia.

    Ujung Kulon merupakan taman nasional tertua di Indonesia yang sudah diresmikan sebagai salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1991, karena wilayahnya mencakupi hutan lindung yang sangat luas. Sampai saat ini kurang lebih 50 sampai dengan 60 badak hidup di habitat ini.

    Pada awalnya Ujung Kulon adalah daerah pertanian pada beberapa masa sampai akhirnya hancur lebur dan habis seluruh penduduknya ketika Letusan Gunung Krakatau pada tanggal 27 Agustus 1883 yang akhirnya mengubahnya kawasan ini kembali menjadi hutan.

    Tiket masuk ke Taman Nasional ini dapat diperoleh di kantor Balai Taman Nasional di Labuan atau di pos Tamanjaya. Fasilitas penginapan terdapat di desa Tamanjaya, Pulau Handeuleum dan Pulau Peucang.

    Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Situs Warisan Alam Dunia, UNESCO telah memberikan dukungan pendanaan dan bantuan teknis.

    Sejarah dan Status Kawasan

    Kawasan Ujung Kulon pertama kali dijelajahi oleh seorang ahli botani Jerman, F. Junghuhn, pada tahun 1846, untuk keperluan mengumpulkan tumbuhan tropis. Pada masa itu kekayaan flora dan fauna Ujung Kulon sudah mulai dikenal oleh para peneliti. Bahkan perjalanan ke Ujung Kulon ini sempat masuk di dalam jurnal ilmiah beberapa tahun kemudian. Tidak banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883. Namun kemudian kedahsyatan letusan Krakatau yang menghasilkan gelombang tsunami setinggi kurang lebih 15 meter, telah memporak-porandakan tidak hanya pemukiman penduduk di Ujung Kulon, tetapi juga menimpa satwa liar dan vegetasi yang ada. Meskipun letusan Krakatau telah menyapu bersih kawasan Ujung Kulon, akan tetapi beberapa tahun kemudian diketahui bahwa ekosistem-vegetasi dan satwa liar di Ujung Kulon tumbuh baik dengan cepat.

    Perkembangannya kemudian, beberapa areal berhutan ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi, secara berurutan.

    Tahun 1921

    Berdasarkan rekomendasi dari Perhimpunan The Netherlands Indies Society for The Protection of Nature, Semenanjung Ujung Kulon dan Pulau Panaitan ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai Kawasan Suaka Alam melalui SK Pemerintah Hindia Belanda Nomor: 60 Tanggal 16 November 1921.

    Tahun 1937

    Besluit Van Der Gouverneur – Generaal Van Nederlandsch – Indië dengan keputusan Nomor: 17 Tanggal 24 Juni 1937 menetapkan status kawasan Suaka Alam tersebut kemudian diubah menjadi Kawasan Suaka Margasatwa dengan memasukkan Pulau Peucang dan Pulau Panaitan.

    Tahun 1958

    Berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor: 48/Um/1958 Tanggal 17 April 1958 Kawasan Ujung Kulon berubah status kembali menjadi Kawasan Suaka Alam dengan memasukkan kawasan perairan laut selebar 500 meter dari batas air laut surut terendah.

    Tahun 1967

    Melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 16/Kpts/Um/3/1967 Tanggal 16 Maret 1967 Kawasan Gunung Honje Selatan seluas 10.000 Ha yang bergandengan dengan bagian Timur Semenanjung Ujung Kulon ditetapkan menjadi Cagar Alam Ujung Kulon.

    Tahun 1979

    Melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 39/Kpts/Um/1979 Tanggal 11 Januari 1979 Kawasan Gunung Honje Utara seluas 9.498 Ha dimasukkan ke dalam wilayah Cagar Alam Ujung Kulon.

    Tahun 1992

    Melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 284/Kpts-II/1992 Tanggal 26 Februari 1992, Ujung Kulon ditunjuk sebagai Taman Nasional Ujung Kulon dengan luas total 122.956 Ha terdiri dari kawasan darat 78.619 Ha dan perairan 44.337 Ha.

    Dalam hal penegasan batas-batas hutan negara, perkembangan penataan batasnya adalah sebagai berikut:

    Tahun 1980

    Dilaksanakan Tata Batas di Cagar Alam Gunung Honje, Berita Acara Tata Batas pada Tanggal 26 Maret 1980, dan disahkan Tanggal 2 Februari 1982 oleh Menteri Pertanian.

    Tahun 1995

    Dilaksanakan Rekonstruksi Batas Taman Nasional Ujung Kulon wilayah G. Honje oleh Badan Planologi Kehutanan. Badan Planologi Kehutanan, Taman Nasional Ujung Kulon bekerjasama dengan Pemerintah New Zealand melaksanakan pemasangan sebanyak 6 ( enam ) yang terdiri dari 1 ( satu ) unit Rambu suar, dan 5 (lima) unit pelampung sebagai batas perairan laut.

    Tahun 1999

    Badan Planologi Kehutanan melaksanakan pemasangan rambu suar kuning di Tj. Alang – alang dan pemancangan titik referensi di Tj. Sodong, Tj. Layar, Tj. Alang – alang, Tj. parat dan Tj. Cina. Badan Planologi Kehutanan melaksanakan pengukuran batas alam pantai Semenanjung Ujung Kulon. Sesuai SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 758/Kpts-II/1999 Tanggal 23 September 1999 menetapkan Kawasan Perairan Taman Nasional Ujung Kulon seluas 44.337 Ha sebagai Kawasan Pelestarian Alam Perairan.

    Tahun 2004

    Balai Pemantapan Kawasan Hutan ( BPKH ) Wilayah XI Jawa – Madura melaksanakan Rekonstruksi Batas Taman Nasional Ujung Kulon di daerah Gunung Honje.

    Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai kawasan yang dilindungi berdasarkan Undang-undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, telah mendapat pengakuan sebagai kawasan yang penting dan dibanggakan secara nasional dan internasional, antara lain:

    Tahun 1992

    Komisi Warisan Dunia UNESCO menetapkan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Natural World Heritage Site (Situs Warisan Alam Dunia) dengan Surat Keputusan Nomor: SC/Eco/5867.2.409 Tanggal 1 Februari 1992.

    Sebagai Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup (dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional).

    Letak dan luas

    Kawasan Taman nasional Ujung Kulon secara administratif terletak di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara (06°52′17″S 105°02′32″E) dan (06°30′43″S 105°37′37″E).

    Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar alam Ujung Kulon seluas 78.619 Ha dan Penunjukan perairan laut di sekitarnya seluas 44.337 Ha yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang, Provinsi Dati I Jawa Barat menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Ujung Kulon maka luas kawasan Taman Nasional Ujung Kulon adalah 122.956 Ha.

    Ekosistem dan tipe ekosistem

    Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon memiliki tiga tipe ekosistem yaitu:

    • Ekosistem daratan/terestrial, terdiri dari hutan hujan tropika dataran rendah yang terdapat di wilayah Gunung Honje, Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Peucang dan Pulau Panaitan.
    • Ekosistem perairan laut terdiri dari terumbu karang dan padang lamun yang terdapat di wilayah perairan Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Handeuleum, Pulau Peucang dan Pulau Panaitan.
    • Ekosistem pesisir pantai terdiri dari hutan pantai yang terdapat di sepanjang pesisir pantai dan hutan mangrove di bagian timur laut Semenanjung Ujung Kulon.

    Ketiga ekosistem tersebut mempunyai hubungan saling ketergantungan dan membentuk dinamika proses ekologi yang sangat kompleks di dalam kawasan.

    Tipe ekosistem

     

    Hutan pantai

    Dimulai dengan formasi pes-caprae yang merupakan vegetasi pioner terdapat di sepanjang tepi pantai barat dan selatan. Di atas pasir dekat dengan garis pasang tertinggi antara lain dijumpai Ipomoea pes-caprae (katang-katang), Spinifex littoreus (jukut kiara), Desmodium umbellatum (kanyere laut) dan Sophora tomentosa (tarum laut). Di sepanjang pantai selatan di atas bukit pasir menghadap laut terdapat Pandanus tectorius (pandan duri) membentuk tegakan-tegakan murni dan Pandanus bidur (pandan bidur) walaupun agak jarang.

    Selanjutnya di lapisan lebih dalam ditemui Lantana camara (cente), Hibiscus tiliaceus (waru), Thespesia populnea (waru laut), Tournefortia argentea (babakoan). Lebih turun ke dalam ditemui Drypetes sumatrana (taritih), Laportea stimulans (pulus). Tepat di belakang bukit pasir yang datar dan lembab ditemui Arenga obtusifolia (langkap), Corypha utan (gebang) dan jenis palma lainnya. Kadang-kadang tegakan pandan diganti oleh formasi Barringtonia karena tanahnya lebih lembab dan terlindung oleh angin.

    Formasi Barringtonia di pantai selatan ditandai oleh adanya Barringtonia asiatica (butun), Cerbera manghas (bintaro), Terminalia catappa (ketapang), Syzygium spp. (kopo), Hernandia peltata (kampis cina), Calophyllum inophyllum (nyamplung), Buchanania arborescens (poh-pohan) dan Pongamia pinnata (malapari). Formasi ini juga didapati di pantai utara, di atas pasir karang dalam jalur memanjang sempit dari pantai ke arah dalam sejauh 5–15 m. Di tempat-tempat tertentu yang terbuka di bagian barat daya ditemui Pemphis acidula (santigi laut) dan Ardisia humilis (lempeni).

    Hutan mangrove

    Jenis-jenis bakau yang paling umum terdapat ialah padi-padi (Lumnitzera racemosa), Api-api (Avicennia spp.), Bakau-bakau (Rhizophora spp.), bogem (Sonneratia alba) dan pedada (Bruguiera spp.). Kadang-kadang terdapat Nypa fruticans dan paku laut (Acrostichum aureum) di muara sungai payau. Hutan mangrove yang luas terdapat pada jalur yang luas sepanjang sisi utara tanah genting meluas ke arah utara sepanjang pantai sampai Sungai Cikalong dan Legon Lentah Pulau Panaitan. Di atas sebelah barat laut Pulau Handeuleum dan kedua pulau kecil di sebelah selatan dekat Pulau Handeuleum terdapat hutan rawa nipah yang tidak begitu luas, juga di muara Ciujung Kulon dan Cigenter di pantai utara Semenanjung Ujung Kulon.

    Hutan rawa air tawar

    Hutan ini dicirikan dengan jenis-jenis lembang (Typha angustifolia), teki (Cyperus spp.), walingi (Cyperus pilosus), dan lampeni (Ardisia humilis), yang kadang-kadang membentuk tegakan murni. Pohon yang terdapat di daerah ini antara lain dari familia Palmae misalnya Salacca edulis (salak) dan Caryota mitis (sayar). Hutan ini umumnya berbatasan dengan hutan hujan dataran rendah. Hutan rawa musiman ini terdapat di bagian utara Semenanjung Ujung Kulon dekat dengan Tanjung Alang-alang, Nyiur, Jamang, dan sungai Cihandeuleum.

     

    Hutan hujan tropika dataran rendah

    Tipe hutan hujan ini menutupi hampir sebagian besar Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang dan Gunung Honje. Hutan hujan ini ditandai dengan banyaknya palma dari berbagai spesies terutama Arenga obtusifolia (langkap) yang sering dijumpai dalam tegakan murni di daerah yang letaknya rendah. Spesies palem yang lain adalah Oncosperma filamentosa (nibung), Arenga pinnata (aren), Caryota mitis (sayar), Areca catechu (jambe), Areca pumida (bingbin), Corypha gebanga (gebang), Licuala spinosa (kaman), Calamus spp. dan Daemonorops spp. (rotan). Selain itu terdapat spesies Lagerstroemia flos-reginae (bungur), Ficus spp. (kiara), Diospyros macrophylla (ki calung), Vitex pubescens (laban), Anthocephalus chinensis (hanja) dan Planchonia valida (putat).

    Di daerah yang relatif terbuka seperti di dataran tinggi Telanca mempunyai sedikit pohon besar tetapi rapat oleh semak dan tumbuhan sekunder seperti Achasma spp. (tepus), Nicolaia spp. (honje), Donax cannaeformis (bangban), dan Lantana camara (cente) yang bercampur dengan berbagai jenis rotan dan kadang-kadang terdapat Syzygium polyanthum (salam) dan Leea spp. (sulangkar) serta beraneka ragam spesies liana misalnya Cayratia geniculata (areuy kibarera), Zizyphus tupula (areuy jinjing kulit), Uncaria sp. (areuy kolebahe) dan Embelia javanica (areuy kecembeng).

    Gunung Payung mempunyai hutan primer yang rimbun dan lebih mencirikan vegetasi pegunungan, dengan pohon Dillenia excelsa (ki segel), Pentace polyantha (ki sigeung), Vitex pubescens (laban) dan lain-lain.

    Padang rumput

    Di dalam padang rumput sering ditemui beberapa spesies rumput, di antaranya Cyperus pilosus, Cyperus compactus, Panicum repens, Panicum colonum, Andropogon sp., Isachne miliacea, Imperata cylindrica (lalang) dan Melastoma polyanthum (harendong).

    Flora dan fauna

    Flora

    Flora di Taman Nasional Ujung Kulon membentuk berbagai formasi hutan, di mana formasi hutan ini dicirikan adanya dominasi oleh jenis/spesies tertentu. Ditinjau dari tipe hutan, flora di kawasan ini terdiri dari hutan pantai, hutan hujan tropika dataran rendah, hutan hujan tropika pegunungan, hutan rawa air tawar, hutan mangrove dan padang rumput. Formasi hutan yang cukup lengkap ini mengandung keragaman plasma nutfah serta spesies tumbuhan berguna dan langka yang sangat tinggi. Beberapa jenis tumbuhan diketahui langka dan di pulau jawa hanya terdapat di TN Ujung Kulon antara lain: Batryohora geniculata, Cleidion spiciflorum, Heritiera percoriacea, dan Knema globularia. Banyak pula berbagai jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan masyarakat baik untuk kayu pertukangan, obat­-obatan, tanaman hias maupun pangan. Jenis-jenis yang telah dimanfaatkan tersebut antara lain bayur (Pterospermum javanicum) dan berbagai rotan (Calamus sp.) sebagai bahan pertukangan; kayu gaharu (Aquilaria malaccensis), Kayu cempaka (Michelia champaca) dan kayu jambe (Areca catechu) sebagai bahan obat-obatan; Anggrek (Dendrobium sp.) sebagai tanaman hias; tangkil (Gnetum gnemon) dan salak (Salacca edulis) sebagai bahan pangan.

    Hutan pantai umumnya dicirikan oleh adanya jenis-jenis nyamplung (Calophyllum inophyllum), butun (Barringtonia asiatica), Klampis Cina (Hemandia peltata), ketapang (Terminalia catappa), cingkil (Pongamia pinnata) dan lain-lain. Formasi hutan pantai ini umumnya dikenal sebagai formasi barringtonia dengan spesies yang kurang beranekaragam dan nyamplung merupakan jenis yang lebih khas tipenya. Formasi ini terdapat sepanjang pantai Barat dan Timur Laut Semenanjung Ujung Kulon, Pulau Peucang, sepanjang pantai Utara dan teluk Kasuaris Pulau Panaitan. Umumnya formasi ini hidup di atas pasir karang dalam jalur sempit memanjang sepanjang pantai dengan lebar 5 sampai 15 meter.

    Fauna

    Taman Nasional Ujung Kulon memiliki beragam jenis satwa liar baik bersifat endemik maupun penting untuk dilindungi. Secara umum kawasan ini masih mampu menampung perkembangbiakan berbagai populasi satwa liar. Di dalam Taman Nasional Ujung Kulon terdapat salah satu spesies langka di dunia, yaitu badak jawa yang bercula satu.Selain badak jawa (Rhinoceros sondaicus), terdapat pula spesies yang dilindungi seperti Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis aigula) dan Anjing hutan (Cuon alpinus javanicus).

    Taman Nasional Ujung Kulon telah menjadi satu-satunya habitat dari badak jawa. Populasinya diperkirakan ada 50-60 ekor. Taman Nasional Ujung Kulon juga menjadi satu-satunya tempat di dunia bagi perkembangbiakan badak jawa secara alami. Di taman nasional ini diperkirakan ada sekitar 30 jenis mamalia, yang terdiri dari mamalia ungulata seperti Badak, Banteng, Rusa, Kijang, Kancil, dan Babi Hutan, mamalia predator seperti Macan Tutul, Anjing hutan, Macan Dahan, Luwak dan Kucing hutan, mamalia kecil seperti walang kopo, tando, landak, bajing tanah, kalong, binturung, berang-berang, tikus, trenggiling dan jelarang. Di antara Primata terdapat dua jenis endemik, yaitu Owa dan Surili. Sedang jenis Primata lain adalah Lutung (Presbytis cristata), Kukang (Nycticebus coucang) dan Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) mempunyai populasi yang cukup baik dan tersebar di sebagian kawasan.

    Banteng (Bos javanicus) merupakan binatang berkuku terbesar dan terbanyak jumlah populasinya (± 500 ekor). Satwa ini hanya terdapat di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje, serta tidak dijumpai di Pulau Panaitan. Rusa (Cervus timorensis) di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje terdapat dalam jumlah dan penyebaran yang sangat terbatas,dan di Pulau Peucang terdapat dalam jumlah yang sangat banyak, dan di Pulau Panaitan menunjukan perkembangan yang semakin banyak. Babi hutan (Sus scrofa), muncak (Muntiacus muntjak) dan pelanduk (Tragulus javanicus) relatif umum terdapat di seluruh kawasan, tetapi celeng (Sus verrucosus) hanya di jumpai di Semenanjung Ujung Kulon dan Gunung Honje.

    Jumlah Fauna

    • Terdapat 35 jenis mamalia
    • Terdapat 5 jenis Primata
    • Terdapat 240 jenis Burung
    • Terdapat 59 jenis Reptilia
    • Terdapat 22 jenis Amphibia
    • Terdapat 72 jenis Insecta
    • Terdapat 142 jenis Pisces
    • Terdapat 33 jenis Terumbu Karang

    Pulau-pulau di Taman Nasional Ujung Kulon

    Di Taman Nasional Ujung Kulon juga terdapat berbagai jenis Pulau yang tepat untuk Konservasi dan juga Pariwisata, di antaranya

    Pulau Panaitan

    Pulau Panaitan adalah sebuah pulau yang terletak paling barat di Ujung Semenanjung Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang dipisahkan oleh sebuah selat sempit. Pulau Panaitan merupakan pulau yang tidak kalah menariknya dengan Pulau Peucang. Pulau dengan luas ± 17.000 Ha ini memiliki berbagai potensi objek wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi.

    Perbukitan Pulau Panaitan terbentuk oleh hutan yang masih asli dengan kombinasi vegetasi Hutan Mangrove, Hutan Pantai dan Hutan Hujan dataran rendah. Keadaan hutannya yang masih asli ini dihuni oleh berbagai jenis satwa liar seperti rusa, kancil, babi hutan, kera ekor panjang, buaya, kadal, ular phyton, dan aneka jenis burung.

    Di Pulau Panaitan ini juga terdapat Arca Ganesha beserta benda-benda peninggalan sejarah lainnya yang mempunyai nilai historis sangat tinggi dan merupakan peninggalan zaman hindu kuno, tepatnya di Puncak Gunung Raksa. Kawasan pantai berbatu dan berpasir putih dengan terumbu karang yang indah di dalamnya sangat baik untuk kegiatan wisata alam bahari seperti menyelam dan selam permukaan. Riak ombak di lautnya cukup tinggi sehingga cocok untuk berselancar.

    Pada beberapa bagian kawasan daratan pulau ini sudah tersedia jalan setapak untuk mengakomodasikan kegiatan tersebut di atas, namun belum dilengkapi dengan sarana/fasilitas pendukung wisata lainnya terutama layanan akomodasi yang memadai bagi wisatawan.

    Pulau Handeleum

    Pulau Handeuleum terletak di antara gugusan pulau-pulau kecil yang berada di ujung timur laut pantai Semenanjung Ujung Kulon. Luas Pulau Handeuleum ± 220 Ha. Di Pulau ini terdapat satwa rusa (Rusa timorensis), dan ular phyton. Pulau ini dikelilingi oleh hutan mangrove.

    Pesona yang bisa dinikmati di Pulau ini adalah daerah Cigenter, Padang Penggembalaan Cigenter, dan Chika Beumbeum yang jika ditempuh bisa menghabiskan waktu selama 2 (dua) hari. Untuk melewati daerah tersebut diperlukan perahu/kano karena akan menyusuri sungai.

    Hal menarik lainnya yang bisa dilakukan di pulau ini adalah bersampan/canoeing menyusuri Sungai Cigenter sambil melihat tipe hutan hujan tropis sepanjang sungai. Pada bagian hulu sungai terdapat rute jalan setapak yang melintasi tumbuhan bamboo menuju air terjun yang bertingkat.

    Pulau Peucang

    Pulau Peucang merupakan lokasi yang paling ramai dikunjungi oleh para pengunjung baik dalam maupun luar negeri. Pulau dengan luas kawasan ± 450 ha ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta berbagai objek wisata alam yang dapat dikunjungi oleh Wisatawan. Fasilitas yang ada di Pulau Peucang antara lain Penginapan, Pusat Informasi, Dermaga, dan lain sebagainya.

    Pantai di Pulau Peucang memiliki karakteristik yang khas yaitu pasir putih dan hamparan yang luas. Objek wisata alam yang dapat dinikmati di pulau ini antara lain Tracking ke Karang Copong, berenang, selam permukaan dan Menyelam. Wildlife viewing dapat dinikmati dengan menyeberang ke Padang Penggembalaan Cidaon yang memakan waktu ± 15 menit dengan menggunakan boat kecil yang berkapasitas 6 (enam) orang. Di Cidaon ini kita dapat mengamati atraksi satwa seperti Banteng, Merak, Rusa, dan Babi Hutan. Selain itu kita juga dapat melihat situs sejarah peninggalan kolonial Belanda berupa Mercusuar Tanjung Layar dan bekas pembangunan Dermaga di Tanjung Layar dan Cibom.

    Semenanjung Ujung Kulon

    Wilayah Semenanjung Ujung Kulon merupakan habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), sehingga dalam pengelolaan wisata alam untuk lokasi ini sangat terbatas sekali. Hal ini dikarenakan agar tidak mengganggu habitat Badak Jawa. Luas wilayah Semenanjung Ujung Kulon ini ± 38.000 Ha. Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan di lokasi ini antara lain Trekking, Berkemah dan Mengamati Hewan Liar.

    Di Semenanjung Ujung Kulon terdapat jalur tetap yang dapat digunakan untuk Treking. Fasilitas lainnya adalah Pos Jaga yang terdapat di beberapa titik seperti Karang Ranjang, Cibunar, dan Cidaon. Selain treking, kegiatan wisata lainnya yang dapat dilakukan adalah mengamati kawanan hewan di padang penggembalaan Cidaon dan Cigenter, berkemah di Tanjung Layar, dan wisata budaya di Goa Sanghyang Sirah.

    Gunung Honje

    gunung honje merupakan salah satu wilayah Taman Nasional Ujung Kulon. Luas wilayah Gunung Honje ± 19.500 Ha dan disekitarnya dikelilingi oleh 19 (sembilan belas) desa penyangga baik yang berbatasan langsung maupun tidak langsung. Salah satu desa yang menjadi pintu gerbang masuk ke Taman Nasional Ujung Kulon adalah Desa Wisata Tamanjaya.

    Objek wisata menarik yang terdapat disekitar Tamanjaya antara lain Kampung Nelayan Cibanua, Curug Paniis, sumber air panas Cibiuk, dan mengamati Owa Jawa di Curug Cikacang. Fasilitas akomodasi yang terdapat di Tamanjaya antara lain Penginapan Sundajaya, penyewaan perahu/kapal, perkumpulan pemandu wisata/guide lokal, dan pusat pembuatan souvenir patung badak

    Kematian Badak Bercula Satu

    Seekor badak jantan ditemukan oleh Tim Inventarisasi Badak Jawa (Sdr. Baehaki dan tiga personilnya) di sekitar areal Nyiur (E: 060 40’ 34,1” – S: 1050 20’ 22,3”) – Taman Nasional Ujung Kulon, pada hari Kamis, 20 Mei 2010, pukul 14.40 WIB. Lokasi kematian badak dikenal sebagai jalur lintasan/pergerakan badak, dan individu yang mati tersembunyi di bawah pohon. Dengan kondisi yang utuh tulang belulang dan cula badaknya, individu badak itu tersebut telah berada di tempat cukup lama (sekitar satu bulan). Data dan informasi lapangan lain mengenai badak yang mati tersebut, yaitu:

    • Posisi kematian berbaring pada sisi kanan.
    • Cula, kerangka dan gigi-gigi kondisinya masih baik.
    • Tulang belulang yang masih utuh diselimuti larva (belatung) pada cula dan kuku-kuku kaki.
    • Kondisi gigi seri dan geraham cukup baik (masih tajam)
    • Panjang tulang dari ujung kepala ke pangkal ekor adalah 270 cm dengan panjang ekor 55 cm.
    • Kerangka badak berada dalam kondisi 90% lengkap dengan beberapa bagian yang tidak ditemukan berupa: beberapa tulang digit (jari), sternum (tulang dada), 1 (satu) gigi seri kecil/menur, dan ujung tulang ekor.
    • Saat ditemukan tengkorak berada di dekat kuku kaki depan, dan kuku kaki belakang terbenam di dalam tanah sedalam kurang lebih 5–7 cm (lebih dalam dibanding kuku kaki depan).

    Berdasarkan posisi kematian badak serta utuhnya kerangka dan masih adanya cula, kematian badak jantan dewasa ini dipastikan bukan karena usia tua dan bukan karena perburuan liar. Penyebab-penyebab lain yang masih akan dianalisis seperti:

    • Verifikasi gigi herbivora (kondisi dan usia) oleh dokter hewan
    • Analisis tanah di sekitar kerangka badak yang meliputi: logam berat (Hg) dan bahan toksik (Sianida), mikroorganisme (E. Coli, Salmonella), Trypanosoma, Antraks.TEMPAT BERMAIN  SLOT YANG ASIK : MAHKOTA69
  • Labuan Bajo

    Labuan Bajo

    Labuan Bajo merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Labuan Bajo juga merupakan pusat pemerintahan dari Kecamatan Komodo dan sekaligus merupakan ibu kota Kabupaten Manggarai Barat. Kelurahan ini digadang-gadang sedang diwacanakan sebagai pengembangan Kota Wisata Labuan Bajo. Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai destinasi wisata super prioritas di Indonesia. Di Bajo juga terdapat hutan buatan, yakni Hutan Solohana.

    Demografi

    Suku dan Bahasa

    Masyarakat kabupaten Manggarai Barat terdiri atas beragam suku, termasuk Mayoritas Suku Manggarai, dan suku lain. Sementara di Labuan Bajo, mayoritas penduduk adalah suku Manggarai Barat . Bahasa yang digunakan, selain bahasa resmi nasional bahasa Indonesia, keseharian penduduk juga memakai bahasa Manggarai dialek Manggarai Barat.Suku Manggarai kebanyakan bekerja bercocok tanam di ladang dan sawah. Tanaman yang mereka tanam diantaranya adalah padi, ubi kayu, jagung, buah dan sayur. Selain itu, mereka juga beternak hewan seperti kerbau, sapi, kuda, babi, anjing, ayam, dan ada juga yang bekerja sebagai nelayan yaitu suku bajo

    Agama

    Tahun 2022, jumlah penduduk kelurahan Bajo sebanyak 6.973 jiwa, dengan kepadatan 506 jiwa/km². Pada umumnya masyarakat suku Manggarai memeluk agama Katolik, dan Protestan, sementara masyarakat suku Pendatang Bajo beragama Islam. Adapun persentase penduduk kelurahan Bajo berdasarkan agama yang dianut, data Kementerian Dalam Negeri 2022, yakni Mayoritas pemeluk agama Kristen 81,46% [Katolik 80,76% & Protestan 0,70%], kemudian islam 17,94% Kemudian yang beragama Hindu 0,46% dan Buddha 0,14%.. Masuknya Agama Katolik ke Manggarai Barat tidak terlepas dari peran para Misionaris Jesuit (SJ) (1910-1914) dan Misionaris Societas Verbi Divini (SVD) pada tahun 1914.

    Fasilitas umum

    Kota kecil di pinggir pantai paling barat Pulau Flores ini, banyak memiliki fungsi strategis, antara lain;

    • Pusat pemerintahan; ibu kota kabupaten dan kecamatan. Kantor Bupati Manggarai Barat, Kantor DPRD, Kantor Camat dan Kantor Dinas pemerintahan.
    • Pusat pendidikan; 4 sekolah lanjutan atas(SMAN 1 Komodo, SMKN 1 Komodo, SPM, SMA Katolik Loyola,SMAK Seminari St.Yohanes Paulus II), 4 sekolah lanjutan pertama (SMPN 1 Komodo, SMPK Loyola, SMPK Arnoldus, MTs )
    • Pusat perdagangan; sejak dulu Mbajo (sebutan oleh orang lokal) merupakan tempat berlabuhnya para pedagang dari Makassar(Bajo dan Bugis), hingga dibangunnya Dermaga Ferry, Pelabuhan PELNI
    • Pusat Pariwisata; tempat-tempat pariwisata banyak terdapat di Labuan Bajo, antara lain; Pantai Pede, Pantai Gorontalo, Puncak Waringin, Gua Batu Cermin, dan beberapa objek wisata pantai di pulau-pulau sekitar Bajo, seperti; Wae Cicu, Pulau Bidadari, Batu Gosok/Kanawa, dan Taman Nasional Komodo,Pulau Padar, Pulau Sebayur, Pulau Rinca, Siaba, Taka Makasar, Gili Lawa, Manta Point, Pulau Kalong, Manjarite, Pink Beach/Long Beach.

    Daya Tarik Wisata

    Batu Karang Strawberry

    Di sekitar Labuan bajo terdapat banyak gugusan pulau salah satunya Pulau Rinca yang memiliki daya tarik wisata, salah satunya Strawberry Rock Stone atau diterjemahkan secara bebas Batu Karang strawberry. Diberi nama seperti itu karena bentuk gugusan karang berwarna merah muda di kawasan perairan Bajo. Berada di desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai barat- NTT. Bahasa setempat menamai lokasi tersebut Nisa Purung yang berarti pulau terbakar,namun banyak masyarakat menyebutnya karang strawberry karena dominan yang berwarna merah muda di karang tersebut.

    Untuk berkunjung ke daerah tersebut , satu- satunya dapat ditempuh melalui laut dengan perahu kayu, boat dan Kapal Pinisi. Akses jalan darat sampai saat ini belum tersedia. Pengunjung dapat menggunakan perahu kayu dan kapal kayu (pinisi) dengan jarak tempuh sekitar 30 menit. Kapal kayu/ pinisi memiliki program untuk mengunjungi pulau- pulau di sekitar kawasan Bajo dengan durasi berlayar mulai dari 3 hari 2 malam termasuk salah satunya mengunjungi Pulau Rinca.

    Tiba di pulau Rinca, pengunjung di arahkan berjalan ke loket masuk. setelah itu akan dipandu untuk naik perahu boat ke strawberry Rock stone dengan berjalan 5 menit di sepanjang pantai. menuju ke area ini pengunjung melewati kawasan trekking alami dan dapat melihat sunset di salah satu sudut pulau tersebut

    Desa Wisata Melo Desa Lian Ndara

    Kampung Melo adalah salah satu desa tradisional dan telah ditetapkan menjadi desa wisata. Kampung Melo memiliki kekayaan seni dan budaya serta keindahan alam. Penduduknya ramah kepada setiap wisatawan yang datang berkunjung. Di sini wisatawan bisa melihat langsung cara hidup masyarakat setempat khususnya bercocok tanam, membuat kerajinan tangan seperti tenun songket, keranjang.

    Kampung Melo merupakan desa yang letaknya tidak jauh dari bajo dan posisinya berada pada ketinggian. Untuk menuju ke desa ini kita bisa menempuh perjalanan melalui trans flores dengan estimasi waktu tiba di desa ini 30 menit perjalanan dari pusat kota labuan bajo. Sesampainya di kampung Melo , kita akan disambut oleh tetua adat serta warga kampung dengan ritual adat dari desa ini dengan sikap dan perilaku yang ramah serta diiringi dengan musik tradisional. Setelah itu kita akan diberikan selendang khas kampung Melo yang akan langsung dipakaikan oleh pendamping tetua atau ketua adatnya langsung. Ini merupakan salah satu tanda resmi bahwa kita telah diterima di kampung Melo , selanjutnya kita akan diajak menuju rumah ditengah kampung yang disebut rumah gadang dan digunakan sebagai ritual adat lanjutan setelah penyambutan. Di rumah gendang ketua adat akan melakukan ritual khusus menggunakan bahasa adat dari manggarai, setelah itu kita akan diberikan minuman khusus yaitu tuak / sopi dan memakan pinang berisi kapur dan sirih. Dalam pelaksanaan ritual sebisa mungkin kita mengikuti rangkaian proses ritual dari awal hingga selesai. Ini sebagai bentuk dari toleransi dari adat istiadat dari kampung Melo .

    Letaknya yang berada pada ketinggian membuat kampung Melo memiliki keindahan alam yang sangat indah dan masih asri. Sejauh mata memandang kita akan disuguhi dengan pemandangan alam yang hijau dengan deretan perbukitan yang berderet rapi.Suhu di kampung ini bisa mencapai 20-10 derajat celcius

    Labuan Bajo, Sepetak Surga yang Terletak di Indonesia Timur

    Labuan Bajo merupakan sebuah surga tersembunyi yang ada di Indonesia bagian timur. Desa ini terletak di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan Nusa Tenggara Barat dan dipisahkan oleh Selat Sape. Bajo adalah salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas yang sedang dikembangkan di Indonesia. 

    Destinasi ini merupakan gerbang menuju Taman Nasional Komodo yang menyimpan keindahan alam yang menakjubkan dan hewan purba yang mendunia. Mulai dari hewan endemik komodo di Pulau Rinca dan Pulau Komodo, deretan pulau eksotis, keragaman hayati bawah laut, hingga pantai aduhai, semua bisa Sobat Pesona temukan dengan memulai perjalanan di Labuan Bajo.

    Menikmati pemandangan langit senja juga bisa menjadi cara lain menikmati Bajo. Spot strategis untuk menikmati keindahan senja ini berada tak jauh dari Bandar Udara Internasional Komodo. Sobat Pesona dapat memilih destinasi Bukit Cinta, Puncak Amelia, dan Puncak Silvia, untuk mengabadikan langit senja yang menentramkan jiwa. Ada juga Gua Rangko yang memiliki pesona bak oasis dengan kolam air asinnya yang begitu menyejukkan.

    Kalau Sobat Pesona ingin berpetualang di Labuan Bajo, trekking singkat ke Air Terjun Cunca Wulang bisa jadi pilihan. Jangan lewatkan juga pengalaman seru menjajal live-on-board, yaitu mencoba tinggal di kapal pinisi selama beberapa hari sambil berlayar mengunjungi pulau-pulau yang indah, dan bisa juga menyelam untuk melihat keindahan bawah laut Labuan Bajo yang istimewa.

    Gerbang Menuju Surga Dunia

    Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo adalah satu entitas yang tidak dapat terpisahkan. Keduanya saling terhubung sehingga ketika Sobat Pesona berada di Labuan Bajo, perlu mengunjungi Taman Nasional Komodo. Untuk mencapai kesana, Sobat Pesona bisa menggunakan kapal feri atau kapal cepat. Ada banyak pilihan keberangkatan mulai dari pagi hingga sore hari. 

    Taman Nasional Komodo yang terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1991 ini terdiri dari Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, dan beberapa pulau lain di sekitarnya. Kehadiran komodo (Varanus komodoensis) yang merupakan kadal raksasa di dunia ini pertama kali diliput dalam jurnal ilmiah pada tahun 1912. Jurnal tersebut ditulis oleh Pieter Antonie Ouwens, Direktur Museum Zoologi Bogor. Penemuan tersebut menjadi awal mula eksistensi Labuan Bajo di mata dunia karena banyak turis dan ilmuwan yang datang untuk melihat langsung ora, sebutan komodo dari warga lokal.

    Ketika Sobat Pesona berada di Taman Nasional Komodo, akan disuguhkan beberapa atraksi yang menakjubkan. Salah satunya adalah berfoto bersama Komodo. Ini akan menjadi pengalaman tidak terlupakan seumur hidup yaitu berfoto bersama hewan langka yang hanya ada di Indonesia. 

    Selain komodo, taman nasional ini juga terkenal akan panoramanya yang memesona. Sobat Pesona yang hobi fotografi, wajib memasukkan beberapa spot di sini sebagai tempat berfoto. Sebut saja Pulau Padar yang ikonik dengan pulaunya yang berbentuk perbukitan serta gradasi laut biru di latar belakang. Pulau Kelor juga tidak kalah keren lho, pemandangan pulau dan laut biru jernih dari puncak Pulau Kelor terlalu indah untuk dilewatkan. 

    Spot lain yang tidak boleh ketinggalan adalah Pink Beach atau yang dikenal sebagai Pantai Merah oleh masyarakat lokal. Sobat Pesona tahu nggak? Warna merah di pantai ini ternyata berasal dari hewan mikroskopis dan pecahan batu karang berwarna kemerahan di sekitar pesisir pantai.

    Oleh-oleh Khas Labuan Bajo

    Jika Sobat Pesona ingin membawa buah tangan sepulang dari Labuan Bajo, ada beberapa souvenir khas yang tak boleh ketinggalan, salah satunya adalah kain songket khas Tanah Manggarai. Kain ini umumnya berwarna dasar hitam dengan beragam motif warna-warni di atasnya. Sama halnya dengan kain Nusantara lain, motif kain songke sangat beragam dan memiliki maknanya tersendiri, lho! 

    Ada beberapa motif kain songke yang perlu Sobat Pesona ketahui, yaitu:

    1. Ranggong (laba-laba) menyimbolkan kejujuran dan kerja keras. 
    2. Wela Kawu (bunga kapuk) yang bermakna keterkaitan manusia dengan alam sekitarnya. 
    3. Wela Runu (bunga runu) yang melambangkan bahwa orang Manggarai bagaikan bunga kecil namun menjadi sumber keindahan. 
    4. Ntala (bintang) yang bermakna harapan dan doa baik. 
    5. Ju’i (garis-garis batas) yang memiliki filosofi mendalam bahwa semuanya ada batas akhirnya. 

    Sobat Pesona bisa mampir ke pusat oleh-oleh yang terletak di depan Bandar Udara Internasional Komodo untuk mendapatkan kain songke ini. 

    Beberapa kuliner khas Labuan Bajo yang menggoyang lidah juga bisa Sobat Pesona jadikan sebagai oleh-oleh, nih, seperti kopi manggarai yang terkenal dengan cita rasa pahit yang unik, roti kompyang yang terbuat dari terigu dengan taburan wijen di atasnya, atau camilan yang terbuat dari olahan tepung beras dan kelapa parut, bernama reebok.

     

    Akses Menuju Ke Labuan Bajo

    Labuan Bajo dapat diakses melalui jalur darat, laut, dan juga udara. Keindahan Pulau Komodo dengan kekayaan budaya lokal dan pulau-pulau eksotis di sekitarnya membuat Labuan Bajo menjadi tempat wisata yang potensial dan ramai dikunjungi.

    1.  Jalur Udara

    Jika Sobat menggunakan transportasi udara, maskapai Transnusa Airlines secara langsung menghubungkan Labuan Bajo dengan beberapa kota di Indonesia, seperti Makassar, Semarang, Balikpapan, Kupang, dan Mataram. 

    Jika Sobat Pesona dari Jakarta, dapat menuju Labuan Bajo dengan beberapa maskapai seperti Batik Air dan Citilink. Jadwal keberangkatan antara pagi dan siang hari. Waktu tempuh Jakarta – Labuan Bajo hanya sekitar empat jam. 

    Sobat  juga bisa melakukan perjalanan ke Labuan Bajo dari Bandar Udara Gewayantana di Flores, Bandara Frans Sales Lega di Ruteng, atau Bandar Udara H. Hasan Aroeboesman di Ende. Untuk informasi jadwal penerbangan lebih lanjut, kunjungi situs web maskapai terkait

    2.  Jalur Darat

    Melakukan road trip ke Labuan Bajo via Flores juga menarik untuk dicoba, Sobat Pesona. Rute perjalanannya dimulai dari Flores, Bajawa, Ruteng, Nancar, Mboera, hingga sampai di Labuan Bajo. Alternatif lainnya adalah dari Flores, ke Riung, Wera, Ruteng, Nancar, dan Mboera sebelum berakhir di Labuan Bajo. Perjalanan darat ini bisa memakan waktu hingga 12 jam. 

    Jika ingin alternatif lain, Sobat Pesona dapat menggunakan bus dari Bali menuju ke Mataram, Lombok. Dari sana, Sobat Pesona akan melanjutkan perjalanan menuju Bima di Sumbawa dan kemudian akan diteruskan melalui perjalanan menuju ke Sape. Saat tiba di Sape, Sobat Pesona dapat menaiki kapal feri menuju Labuan Bajo.

    3.  Jalur Laut

    Tertarik menikmati perjalanan dengan transportasi laut ke Labuan Bajo? Sobat Pesona bisa menaiki kapal Leuser dari PELNI yang berlayar dari Makassar, Sulawesi Selatan atau kapal PELNI KM Binaiya yang berangkat dari Denpasar (Benoa) ke Labuan Bajo.

    Fakta seputar Labuan Bajo NTT

     

    1. Lokasi Labuan Bajo

    Labuan Bajo terletak di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Wilayah ini juga merupakan ibu kota Kabupaten Manggarai Barat

    Dikutip dari laman resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Labuan Bajo berbatasan dengan Nusa Tenggara Barat yang dipisahkan dengan Selat Sape.  Tidak jauh dari Labuan Bajo juga terdapat Taman Nasional Komodo, Pulau Padar, dan Pulau Rinca. Beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi di Labuan Bajo, antara lain Pink Beach, Waterfront City, Goa Batu Cermin, dan Air Terjun Cunca Wulang.

     

    1. Dipuji delegasi KTT ASEAN 2023

    Labuan Bajo menjadi lokasi perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN, tepatnya dari Selasa (9/5/2023) hingga Kamis (11/5/2023) lalu.  Delegasi dari negara-negara di Asia Tenggara anggota ASEAN pun memuji keindahan Labuan Bajo. Salah satunya delegasi dari Singapura. “Pagi ini, saya diskusi dengan delegasi Singapura. Mereka menyebutkan, keindahan alam Labuan Bajo selain cantik, budayanya juga,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno

    Selain itu, Presiden Filipina Ferdinand R. Marcos Jr. juga mengagumi panorama yang ada saat menaiki kapal pinisi di Labuan Bajo. Hal tersebut membuatnya khawatir saat negaranya menjadi tuan rumah KTT ASEAN nantinya. “Jadi kami sangat khawatir, karena ketika saatnya tiba bagi kami untuk menjadi tuan rumah ASEAN, kami harus melakukan yang lebih baik dari ini. Indonesia menetapkan standar sangat tinggi, kita harus bersaing,” tutur Marcos

     

    1. Perkiraan biaya ke Labuan Bajo

    Biaya wisata ke Labuan Bajo bervariasi tergantung jenis transportasi yang digunakan. Jika memiliki periode liburan yang sebentar, jalur udara bisa jadi pilihan.   Namun, apabila kamu memiliki waktu liburan yang cukup lama, tidak ada salahnya mencoba jalur darat (kereta api) dan laut. Bila memilih naik pesawat, biayanya mulai Rp 2,5 juta untuk pergi-pulang (PP)

    Setibanya di Bandara Komodo, kamu bisa naik DAMRI dengan biaya mulai Rp 10.000 atau menggunakan jasa agen pariwisata untuk bisa sampai di Labuan Bajo.

    1. Menparekraf ingin ajak Timnas Argentina ke Labuan Bajo

    Timnas Indonesia akan menghadapi Timnas Argentina pada laga uji coba FIFA Match Day.  Sehubungan dengan kedatangan Timnas Argentina ke Tanah Air, Menparekraf Sandiaga menyampaikan keinginannya untuk mengajak mereka ke DSP.

    Destinasi wisata super prioritas ada Danau Toba dan Bali pasti mereka mau sekali, tapi saya ingin mengajak mereka ke Labuan Bajo. Ini destinasi baru yang banyak mencuri perhatian dunia,” ujar Menparekraf, dilansir dari Antara, Jumat (2/6/2023). Datangnya Timnas Argentina ke Indonesia diperkirakan akan berdampak besar terhadap sektor pariwisata Indonesia. Hal ini karena, selain anggota timnas, wisatawan mancanegara pun akan datang ke Indonesia untuk menyaksikan pertandingan tersebut.

    1. Oleh-oleh khas Labuan Bajo

     

    Setelah menghabiskan waktu liburan di Labuan Bajo, jangan lupa beli oleh-oleh untuk kerabat atau sahabat di kampung halaman. Jenis oleh-olehnya pun beragam, mulai dari makanan hingga kain.  Jika ingin membawa pulang makanan dan minuman, kamu bisa membeli roti kompyang, pia bajo, dan kopi Manggarai. Bila ingin oleh-oleh yang tahan lama, kamu bisa membeli ukiran berbentuk komodo, gantungan kunci, dan kain songke. Dilansir dari situs web Kemenparekraf, kain songke di Labuan Bajo memiliki motif dan warna yang bervariasi. Motif ranggong (laba-laba), misalnya, bermakna kejujuran dan kerja keras, sedangkan motif ntala (bintang) menyimbolkan harapan dan doa baik.

  • Danau Toba masuk destinasi wisata top Indonesia

    Danau Toba masuk destinasi wisata top Indonesia

    Danau Toba (Surat Batak :  Tao Toba) adalah danau alami berukuran besar di Sumatera Utara, Indonesia yang terletak di kaldera gunung supervolcano. Danau ini memiliki panjang 100 kilometer (62 mil), lebar 30 kilometer (19 mi), dan kedalaman 508 meter (1.667 ft). Danau ini terletak di tengah pulau Sumatera bagian utara dengan ketinggian permukaan sekitar 900 meter (2.953 ft). Danau ini membentang dari 2.88°N 98.52°E sampai 2.35°N 99.1°E. Danau Toba merupakan adalah danau terbesar di Indonesia sekaligus danau vulkanik terbesar di dunia.

    Danau Toba terbentuk sebagai akibat dari letusan gunung berapi super masif berkekuatan VEI 8 sekitar 69.000 sampai 77.000 tahun yang lalu yang memicu perubahan iklim global. Metode penanggalan terkini yang berakurat menetapkan letusan tersebut terjadi sekitar 74.000 tahun yang lalu. Letusan ini merupakan letusan eksplosif terbesar di Bumi dalam 25 juta tahun terakhir. Menurut teori bencana Toba, letusan ini berdampak besar bagi populasi manusia di seluruh dunia; dampak letusan menewaskan sebagian besar manusia yang hidup waktu itu dan diyakini menyebabkan penyusutan populasi di Afrika Timur-Tengah dan India sehingga mempengaruhi genetika populasi manusia di seluruh dunia sampai sekarang.

    Para ilmuwan sepakat bahwa letusan Toba memicu musim dingin vulkanik yang menyebabkan jatuhnya suhu dunia antara 3 hingga 5 °C (5,4 hingga 9,0 °F), dan hingga 15 °C (27 °F) di daerah lintang atas. Penelitian lanjutan di Danau Malawi, Afrika Timur, menemukan endapan debu letusan Toba, tetapi tidak menemukan bukti perubahan iklim besar di Afrika Timur.

     

    Geologi

    Kompleks kaldera Toba di Sumatera Utara merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Kaldera Toba merupakan kaldera dengan letusan terbaru dari zaman kuarter dengan ukuran panjang 100 km dan lebar 30 km serta merupakan kaldera termuda keempat di dunia. Diperkirakan terdapat 2.800 km3 material piroklastik dense-rock equivalent (DRE) yang dikenal sebagai tuff Toba Termuda (Youngest Toba Tuff, YTT) dan dikeluarkan lewat sebuah letusan yang menjadi salah satu letusan gunung api terbesar dalam sejarah geologi Bumi baru-baru ini. Dua buah setengah kubah kebangkitan muncul setelah letusan yang kini menjadi Pulau Samosir dan Blok Uluan, dipisahkan oleh sebuah graben membujur yang menjadi Selat Latung.

    Setidaknya terdapat empat kerucut vulkanik, empat gunung api strato, dan tiga kawah yang dapat diamati di dan di sekitar Danau Toba. Salah satu kerucut yaitu Kerucut Tanduk Benua terletak di sisi barat laut kaldera dan hanya ditumbuhi oleh vegetasi berkepadatan rendah yang menunjukkan bahwa peristiwa pembentukannya relatif baru. Di sebelah barat danau, terdapat Dolok Pusuk Buhit masih aktif mengeluarkan solfatara

     

    Erupsi besar

    Erupsi Toba terjadi di atas tempat yang sekarang disebut Danau Toba sekitar 73.700±300 tahun yang lalu.Letusan ini merupakan letusan terakhir dari serangkaian setidaknya empat letusan pembentuk kaldera di lokasi ini, dengan kaldera yang terbentuk sebelumnya diketahui terjadi sekitar 1,2 juta tahun yang lalu.Letusan terakhir ini diperkirakan memiliki VEI 8, menjadikannya letusan gunung berapi eksplosif terbesar yang diketahui pada Periode Kuarter.

    Kejadian itu menyebabkan kematian massal dan kepunahan pada beberapa spesies makhluk hidup. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya. Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir

    Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya

    Selama tujuh tahun, para ahli dari universitas Oxford tersebut meneliti proyek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.

    Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.

     

    Kerusakan lingkungan

    Pada bulan Mei 2012, Pemkab Samosir menerbitkan surat keputusan (SK) Bupati Samosir No. 89 tanggal 1 Mei 2012 tentang Pemberian Izin Lokasi Usaha Perkebunan Hortikultura dan Peternakan seluas 800 hektar di Hutan Tele, di desa Partungko Naginjang dan Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara kepada PT Gorga Duma Sari (GDS) yang dimiliki seorang anggota DPRD Kabupaten Samosir, Jonni Sitohang.Kemudian dilanjutkan dengan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) yang diberikan oleh Kepala Dinas Provinsi Sumatera Utara melalui SK Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir Nomor 005 Tahun 2013. Ketua Pengurus Forum Peduli Samosir Nauli (Pesona), Rohani Manalu menyatakan bahwa izin yang didapatkan ini membuat PT GDS melakukan penebangan atas kayu-kayu alam di dalam hutan tanpa memiliki AMDAL. Rohani juga menyatakan bahwa akibat lain adalah terjadinya longsor dan banjir yang menimbulkan korban jiwa.Akibat penebangan hutan Tele, lumpur hasil erosi di atas tanah bekas penebangan tersebut telah menyebabkan pendangkalan sungai-sungai di sekitar Danau Toba.Program penanaman sejuta pohon yang digerakkan pemerintah Provinsi Sumatera Utara pun dikatakan tidak efektif karena banyak pohon yang mati karena tidak dirawat. Hal ini menyebabkan tiga aktivis lingkungan Sumatera Utara, Marandus Sirait, Hasoloan Manik (Kalpataru), dan Wilmar Eliaser Simandjorang (Satya Lencana Karya Satya, Toba Award, Wana Lestari) mengembalikan semua piagam penghargaan yang pernah diberikan pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kementerian Kehutanan, dan Istana Negara.

     

    Penduduk

    Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar Danau Toba adalah suku Batak. Rumah tradisional Batak dapat dikenali dari bentuk atapnya (ujungnya melengkung ke atas seperti perahu) dan warna cerah.

    Penduduk sekitar juga banyak menggantungkan hidup dengan mengembangkan perikanan air tawar. Dulu, wajah Desa Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horison yang dikenal sebagai tujuan wisata di Simalungun menjadi sentra ikan air tawar. Di sana, menurut sebuah laporan, belasan truk yang mengangkut puluhan ton ikan mas dan nila mondar-mandir di jalan desa

     

    Flora dan fauna

    Flora di danau ini meliputi berbagai jenis fitoplankton, makrofita kecil, makrofita mengambang, dan makrofita terbenam, sedangkan daratan sekitarnya ditutupi hutan hujan, termasuk jenis hutan pinus tropis Sumatra di daerah pegunungan yang lebih tinggi

    Fauna di danau ini meliputi beberapa spesies zooplankton dan hewan bentos. Karena danau ini oligotrofik (tidak kaya nutrien), ikan aslinya tergolong langka. Hanya ada dua ikan endemik di danau ini, yaitu Rasbora tobana (bisa disebut hampir endemik karena juga ditemukan di sungai-sungai yang bermuara di danau ini) dan Neolissochilus thienemanni, biasa disebut ikan Batak. Spesies yang disebutkan terakhir itu terancam oleh deforestasi (penyebab siltasi), polusi, perubahan ketinggian air, dan spesies ikan baru yang didatangkan ke danau ini.Spesies ikan asli lainnya adalah Aplocheilus panchax, Nemacheilus pfeifferae, Homaloptera gymnogaster, Channa gachua, Channa striata, Clarias batrachus, Barbonymus gonionotus, Barbonymus schwanenfeldii, Danio albolineatus, Osteochilus vittatus, Puntius binotatus, Rasbora jacobsoni, Tor tambra, Betta imbellis, Betta taeniata, dan Monopterus albus.Spesies ikan pendatang meliputi Anabas testudineus, Oreochromis mossambicus, Oreochromis niloticus, Ctenopharyngodon idella, Cyprinus carpio, Osphronemus goramy, Trichogaster pectoralis, Trichopodus trichopterus, Poecilia reticulata, dan Xiphophorus helleri.

    Insiden

    Pada tanggal 18 Juni 2018, musibah tenggelamnya kapal feri terjadi di Danau Toba dan menenggelamkan lebih dari 190 orang.

    Dalam budaya populer

    Legenda Danau Toba adalah sebuah cerita rakyat tentang danau ini, di mana pada suatu hari ada seorang nelayan yang menangkap seekor ikan mas. Pulau Samosir dipercaya sebagai jelmaan anak ikan mas tersebut.

    Cara ke Danau Toba

    Jalur Udara

    Jika Sobat Pesona berencana untuk ke Danau Toba menggunakan transportasi udara, terdapat dua jalur yang bisa dipilih. Pilihan pertama, dari Bandara Internasional Kualanamu, Medan, Sobat Pesona bisa naik pesawat menuju Bandara Internasional Sisingamangaraja XII yang terletak di Siborongborong, Tapanuli Utara. kemudian bandara ini, Sobat bisa meneruskan perjalanan ke Danau Toba menggunakan jalur darat. 

    Pilihan kedua, Sobat Pesona bisa langsung memilih penerbangan ke Bandara Internasional Sisingamangaraja XII dari Jakarta atau dari beberapa kota besar lainnya. Cek dulu ketersediaan maskapai penerbangan dari daerahmu ya,

    Jalur Darat

    Nah, jika Sobat Pesona menggunakan jalur darat dari Medan, Sobat Pesona bisa menggunakan bus jurusan Medan-Parapat yang bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 4 jam. Namun, bila ingin melakukan perjalanan yang lebih pribadi dan santai, tersedia pula agen-agen perjalanan di kota Medan yang bisa membantu Sobat Pesona untuk mengatur penyewaan mobil dan supir ke Danau Toba. 

    Sobat Pesona juga bisa melanjutkan perjalanan dari Danau Toba ke Pulau Samosir. Pilihannya adalah naik kapal feri yang dijadwalkan berangkat setiap satu jam sekali di Pelabuhan Ajibata menuju Pelabuhan Tomok. Atau, Sobat juga bisa berangkat dari Pelabuhan Muara ke Pelabuhan Sipinggan yang jadwal keberangkatan kapalnya hanya dua kali sehari, yaitu jam 06.30 WIB dan 15.00 WIB. Jadwal ini dapat berubah sewaktu-waktu, pastikan Sobat Pesona selalu mencari info terbaru, ya

    Daya tarik Danau Toba

    Ada banyak sekali cara bagi Sobat Pesona untuk menikmati pemandangan alam Danau Toba dan sekitarnya. Untuk SObat Pesona penyuka wisata olahraga air, mengitari Danau Toba dengan menggunakan kayak menjadi hal yang bisa dicoba saat ke sini. Terdapat tiga rute yang bisa Sobat Pesona ambil saat menjelajah Danau Toba dengan kayak. Rute yang mudah Tongging – Silalahi sepanjang 12 km, rute yang cukup menantang Tongging – Samosir sekitar 50 km, terakhir adalah rute yang sangat sulit yaitu Lingkaran Utara sejauh 175 km.

    Di dekat Danau Toba juga terdapat dua museum yang kaya akan sejarah dan budaya Suku Batak, yaitu Museum Tomok dan Museum Huta Bolon. Di Museum Tomok, Sobat Pesona bisa melihat museum yang berupa rumah adat Batak Toba yang usianya sudah ratusan tahun tapi masih rapi, kokoh, dan terjaga. Sedangkan, di Museum Huta Bolon Sobat Pesona akan terkesima akan ukiran-ukiran dan ornamen khas Batak bernama gorga yang menjadi bagian dari bangunan museum.

    Hal unik lainnya yang bisa kamu temui di kawasan Danau Toba, yaitu boneka kayu seukuran manusia yang diberi nama Sigale-gale. Sigale-gale dikenal karena kemistisan dan mitos yang melekat di dalamnya, lho! Masyarakat lokal percaya bahwa boneka Sigale-gale bisa menari dan meratap sendiri tanpa diiringi musik. Beberapa dari mereka juga berkata bahwa boneka Sigale-gale hanya bisa diletakkan di dalam peti. Boneka ini juga biasanya digunakan dalam upacara kematian keluarga di daerah Samosir, karena masyarakat lokal percaya bahwa tarian Sigale-gale akan mengantarkan roh mereka yang telah mati ke alam baka.